KEUTAMAAN MEMBACA DUA AYAT TERAKHIR DARI SURAT AL BAQARAH
Oleh: KH Muhammad Afif Zuhri
Berulan-ulang kali saya mendengar para kiyai saya seperti KH Muhammad Ahmad Sahal Mahfudh, KH Ali Maksum, Syekh Mahmud Mukhtar dan yang lain nya dawuh “Barangsiapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah pada waktu malam, maka ia akan diberi kecukupan, dijauhkan dari gangguan setan, dan dijauhkan dari penyakit yang membahayakan.
Telah diisebutkan dalam hadits Nabi, dari Abu Mas’ud Al Badri radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
مَنْ قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِى لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ
Artinya: Barangsiapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan. (HR. Bukhari No.5009 dan Muslim No.808)
Makna dan penjelasan hadits tersebut adalah sbb:
-
Para ulama menyebutkan bahwa siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah, maka Allah akan memberikan kecukupan baginya untuk urusan dunia dan akhiratnya, juga ia akan dijauhkan dari kejelekan.
- Ada juga ulama yang mengatakan bahwa dengan membaca ayat tersebut imannya akan diperbaharui, karena di dalam ayat tersebut ada sikap pasrah kepada Allah Ta’ala.
- Ada juga ulama yang mengatakan bahwa ayat tersebut sudah cukup sebagai pengganti dari berbagai dzikir karena di dalamnya sudah terdapat do’a untuk meminta kebaikan dunia dan akhirat.
- Al-Qadhi ‘Iyadh menyatakan bahwa makna hadits tersebut bisa jadi dengan membaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah akan mencukupkan dari shalat malam (artinya pahalanya sama dengan sholat malam). Atau orang yang membacanya dinilai menggantungkan hatinya pada Al Qur’an. Atau bisa pula maknanya dengan membaca 2 ayat tersebut orang itu akan terlindungi dari gangguan setan. Atau bisa jadi dengan membaca dua ayat tersebut akan mendapatkan pahala yang besar karena di dalamnya ada pelajaran tentang keimanan, kepasrahan diri, penghambaan pada Allah dan berisi pula do’a kebaikan dunia dan akhirat.
- Imam Nawawi menyatakan bahwa maksud dari memberi kecukupan padanya menurut sebagian ulama adalah ia sudah dicukupkan dari shalat malam. (sudah menjadi pengganti shalat malam).
-
Dan masih banyak lagi penjelasan tentang makna dan maksud 2 hadits tersebut sebagaimana di jelaskan dalam Syarh kitab Shahih Muslim, 6 : 83-84.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ، حَدَّثَنَا شَيْبَانُ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ رِبعي، عَنْ خَرشة بْنِ الحُر، عَنِ الْمَعْرُورِ بْنِ سُوَيْدٍ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “أُعْطِيتُ خَوَاتِيمَ سُورَةِ الْبَقَرَةِ مِنْ كَنْزٍ تَحْتَ الْعَرْشِ، لَمْ يُعْطَهُنَّ نَبِيٌّ قَبْلِي
Imam Ahmad telah berkata Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Husain, telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Mansur, dari Rab’i, dari Kharsyah ibnul Hur, dari Ma’rur ibnu Suwaid, dari Abu Zar yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku dianugerahi ayat-ayat penutup surat Al Baqarah dari perbendaharaan di bawah Arasy yang belum pernah diberikan kepada seorang Nabi pun sebelumku. (HR. Ahmad)
قَالَ أَبُو عِيسَى التِّرْمِذِيُّ: حَدَّثَنَا بُنْدَار، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ أَشْعَثَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الجَرْمي عَنْ أَبِي قِلابَة، عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الصَّنْعَانِيِّ، عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ كِتَابًا قَبْلَ أَنْ يخلق السموات وَالْأَرْضَ بِأَلْفَيْ عَامٍ، أَنْزَلَ مِنْهُ آيَتَيْنِ خَتَمَ بِهِمَا سُورَةَ الْبَقَرَةِ، وَلَا يُقْرَأْنَ فِي دَارٍ ثَلَاثَ لَيَالٍ فَيَقْرَبُهَا شَيْطَانٌ
Abu Isa At Turmudzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bandar, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Asy’as ibnu Abdur Rahman Al-Harami, dari Abu Qilabah, dari Abul Asy’as As-San’ani, dari An-Nu’man ibnu Basyir, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya Allah telah menulis Kitab-Nya sebelum menciptakan langit dan bumi dalam jangka dua ribu tahun. Dia menurunkan dua ayat darinya untuk mengakhiri surat Al Baqarah dengan keduanya. Tidaklah ayat-ayat itu dibaca di dalam sebuah rumah selama tiga malam, melainkan setan tidak ada yang berani mendekatinya.
Dua ayat tersebut adalah:
آَمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آَمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ (285) لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (286)
AAMANAR RASUULU BIMAA UNZILA ILAIHI MIR ROBBIHII WAL MU`MINUUN(A), KULLUN AAMANA BILLAAHI WA MALAA`IKATIHII WA KUTUBIHII WA RUSULIH(I), LAA NUFARRIQU BAINA AHADIM MIR RUSULIH(I), WA QOOLUU SAMI’NAA WA AThO’NAA GUFROONAKA ROBBANAA WA ILAIKAL MAShIIR(U).
LAA YUKALLIFULLAAHU NAFSAN ILLAA WUS’AHAA, LAHAA MAA KASABAT WA ‘ALAIHAA MAKTASABAT, RABBANAA LAA TU`AAKhIDzNAA IN NASIINAA AU AKhThA`NAA, RABBANAA WA LAA TAḥMIL ‘ALAINAA IShRAN KAMAA HAMALTAHUU ‘ALALLADzIINA MIN QOBLINAA, ROBBANAA WA LAA TUHAMMILNAA MAA LAA ThOOQATA LANAA BIH(I), WA’FU ‘ANNAA, WAGhFIR LANAA, WARHAMNAA, ANTA MAULAANAA FANSURNAA ‘ALAL QAUMIL KAAFIRIIN(A).
Artinya: Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Rabb, dan kepada Engkaulah tempat kembali.
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS. Al Baqarah (2) : 285-286)
Referensi dari berbagai sumber